Kamis, 29 Juli 2010

Solusi Kemacetan di kota Jakarta

Survay Family seratus menyebutkan 10 jawaban teratas orang terlambat kesekolah/kerja adalah karena MACET. Sebegitu menakutkan kata MACET tersebut sehingganya muncul istilah "Kalau tidak macet bukan Jakarta namanya". Kalau yang macet masih mobil itu biasa tapi kalau yang macet itu duit, itu baru sakit kepala (hehe .. )

Sedia payung sebelum hujan, sedia kapal sebelum banjir dan sedia prasarana jalan saat sebuah kota sudah terlihat akan berkembang sedikitnya sekitar 30 tahun lalu ujar Harun Al Rasyid Belum lagi menurut Data apabila pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua sebesar 800 unit per bulan dan mobil sekitar 300 unit perbulan, diperkirakan Jakarta akan macet Total pada tahun 2015 (nah lho ... ) artinya saat orang yang tinggal di Jakarta mau berangkat kerja pagi hari, baru keluar pagar rumah dia sudah langsung ketemu dengan antrian kendaraan bermotor. (duh seramnya ... )

Bahkan zaman Presiden Pertama RI, Soekarno ada wacana Pusat pemerintaan RI akan dipindah ke Pulau kalimantan, begitu pula zaman Pak Soeharto (Presiden ke II RI) Rencananya akan dipindahkan pula ke Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Akan tetapi Rencana itu tak semudah seperti membalikan telapak tangan (kata Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo), disamping membutuhkan biaya dan waktu yang banyak.

Banyak solusi yang ditawarkan, mulai dari yang sudah beroperasi seperti Moda Transportasi Busway Transjakarta, Waterway... (sempat dioperasikan, tapi sekarang sudah tidak beroperasi lagi) sampai dengan setingkat wacana seperti Triple Deker (Harmoni - Kota) dan Kereta Bawah tanah (Subway) yang sudah pernah dibangun tiang pancangnya tapi dihentikan karena ketiadaan investor.

Sebelum mengobati ada baiknya kita lihat dulu sumber penyakitnya. Mencegah mungkin lebih baik dari pada mengobati. Sebab utama kemacetan adalah populasi kendaraan sudah tidak seimbang dengan pertambahan panjang jalan.

Pilihan Solusi yang sudah diambil :
  1. Pemerataan pembangunan dengan program Pemerataan Infrastruktur khususnya di Indonesia bagian timur. Pemerataan membuat perputaran ekonomi juga berimbang antara pusat dan daerah
  2. Jalur 3 in 1. Membatasi melintas dijalan protokol pada jam-jam sibuk.
  3. Pajak kendaraan dinaikan sampai 15%
  4. Moda transportasi masal Busway
  5. Jalur khusus roda 2 disebelah kiri.
Beberapa langkah yang patut jadi wacana untuk mengurangi dampak kemacetan total :
  1. Pembatasan Tahun produksi kendaraan yang melintas di jalur utama kota Jakarta. Misalnya 10 tahun terakhir.
  2. Pajak kendaraan naik 100%(cukup tinggi). Artinya membeli kendaraan baru HARUS memang karena kebutuhan, seperti sudah tidak layak pakai / bukan karena faktor Prestise.
  3. 3 in 1 berlaku dari pagi sampai sore, kecuali hari libur (sabtu dan minggu) dengan catatan Moda Buswaynya disiapkan dengan lebih baik (lebih tepat waktu, kendaraan mencukupi), nyaman tidak beedesak-desakan) sehingganya memang menjadi pilihan sebagai sarana transportasi yang layak.
  4. Yang paling penting ... Kebijakan pemerintah harus KONSISTEN dan ini proyek 30 tahunan. Jangan ganti Gubenur ganti lagi kebijakannya.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.

0 komentar:

Posting Komentar